Pasca-Bentrok, Sentani Masih Mencekam
JAYAPURA - Dua hari
pascabentrokan berdarah antar suku Yahim Sentani dan suku Pegunungan Papua,
situasi kampung Yahim Sentani hingga siang ini masih mencekam.
Pantauan okezone di lapangan, Senin (24/8/2009), sejumlah warga masih berjaga-jaga disekitar tempat bentrokan. Polisi juga nampak masih bersiaga di jalan-jalan sekitar kampung Yahim, Sentan.
Pantauan okezone di lapangan, Senin (24/8/2009), sejumlah warga masih berjaga-jaga disekitar tempat bentrokan. Polisi juga nampak masih bersiaga di jalan-jalan sekitar kampung Yahim, Sentan.
Warga yang berjaga-jaga di depan rumah nampak membawa peralatan perang tradisional seperti panah, tombak, dan parang. Sementara itu, warga pendatang lainnya yang sejak Minggu malam kemarin mengungsi keluar dari kampung Yahim, hingga kini belum berani kembali karena khawatir akan ada serangan susulan oleh massa dari suku Pegunungan.
Rencananya, hari ini kedua Kepala Suku akan bertemu untuk membicarakan jalan keluar dari konflik. Warga kampung Yahim mengaku masih menunggu salah satu korban luka luka tikam yang saat ini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Dok Dua Jayapura.
PEMBAHASAN
Kasus
di atas mengenai bentrok antar suku Yahim Sentani dan suku Pegunungan Papua
yang masih mencekam, meskipun peristiwa tersebut telah berakhir. Terlihat masih
tampak sejumlah warga yang berjaga-jaga dengan membawa peralatan perang
tradisional dan polisi yang juga masih
bersiaga di jalan-jalan sekitar kampung Yamin, Sentani. Sementara itu, warga
pendatang lain masih mengungsi karena khawatir akan ada serangan susulan oleh
massa dari suku Pegunungan. Meskipun, rencananya kedua kepala suku akan bertemu
untuk membicarakan jalan keluar dari konflik tersebut.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan agar peristiwa di
atas tidak terjadi lagi, antara lain: (1) membangun kehidupan multikultural
yang sehat dengan meningkatkan toleransi dan apresiasi antarbudaya. Misalnya, peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kebhinekaan budaya, memupuk dan mengembangkan
kegiatan, keberanian melakukan perantauan budaya, pemahaman lintas budaya,
pembelajaran lintas budaya; (2) peningkatan peran media sebagai mediator antar
budaya dengan menampilkan berbagai informasi yang apresiatif terhadap budaya
masyarakat lain; (3) strategi pendidikan yang berbasis budaya, yakni menggunakan
model dan strategi pembelajaran yang menyeimbangkan proses homonisasi dengan
humanisasi. Homonisasi melihat manusia sebagai makhluk hidup dalam konteks
lingkungan ekologi, yang memerlukan terasahnya kemampuan intelektual untuk
menghadapi tantangan global. Pendidikan sebagai proses humanisasi menekankan
manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai otonomi moral, sensitivitas dan
kedaulatan budaya.
Pengaruh
yang ditimbulkan dari beberapa upaya di atas adalah: (1) pengaruh positif
membangun kehidupan multikultural yang sehat dengan meningkatkan toleransi dan
apresiasi antarbudaya, yakni: mampu menegakkan prinsip kesetaraan/kesederajatan
antarmasyarakat, mampu mengelola konflik, yang mungkin timbul dari situasi
keragaman agar tidak mengarah pada kekerasan, sehingga pada akhirnya dapat
terwujud cita-cita bersama yang dilandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan, menghilangkan
penyakit-penyakit budaya yakni etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme,
diskriminasi, scape goating; (2) pengaruh
positif media massa, yakni: kontribusi dalam menyebarluaskan dan
memperkuat kesepahaman antarwarga, pemahaman terhadap adanya kemajemukan
sehingga melahirkan penghargaan terhadap budaya lain, sebagai ajang publik
dalam mengaktualisasikan aspirasi yang seragam, sebagai alat kontrol publik
masyarakat dalam mengendalikan seseorang, kelompok, golongan, atau lembaga dari
perbuatan sewenang-wenang, meningkatkan kesadaran terhadap persoalan sosial,
politik, dan persoalan lain di lingkungannya; pengaruh negatif media
massa yakni: terpinggirkannya kesenian asli Indonesia karena masyarakat banyak
disuguhi tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam dan lebih menarik
dibandingkan dengan kesenian tradisional daerahnya, pengikisan nilai-nilai
budaya nasional yang positif; (3) pengaruh positif strategi pendidikan
berbasis budaya, yakni: mampu membangun sikap saling mengenal, memahami,
menghayati dan bisa saling berkomunikasi antarwarga daerah, dapat menghargai
kemajemukan, dapat mengembangkan sikap keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran
global yang bersifat inklusif, dan memupuk kesadaran kebersamaan dalam
mengarungi sejarah, serta dapat siap menghadapi arus perubahan.
Sumber:
Nur Rahmatika Adriyati dalam http://news.okezone.com/read/2009/08/24/1/250767/pasca-bentrok-sentani-masih-mencekam diakses tanggal
17 April 2012 pukul 09:45 WIB.