Powered By Blogger

الجمعة، 8 فبراير 2013

MAKALAH FUNGSI MANAJEMEN: ACTUATING (PENGGERAKAN)

  MAKALAH FUNGSI MANAJEMEN: ACTUATING (PENGGERAKAN) 
Dosen Pengampu: Dr. V. Teguh Suharto Mata Kuliah: Manajemen Pendidikan
Oleh:
Mahardi Cahya P. 10311049
Jumarni 10311050
Ahyan Aziz 10311081
Kurnia Dermawaning Tyas 10311083
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI MADIUN
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih karunia-Nya makalah fungsi manajemen: actuating (penggerakan) yang dibimbing oleh Dr. V. Teguh Suharto ini dapat diselesaikan sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan. 
Makalah ini berisi tentang pengertian actuating (penggerakan), fungsi dan peranan actuating, pengaplikasian actuating dalam pendidikan, serta pentingnya actuating dalam organisasi. 
Kami menyadari bahwa Tuhanlah sumber segala ilmu pengetahuan sehingga kami merasa memiliki kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami membutuhkan saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. 
Madiun,7 Januari 2013 
Penyusun
BAB I 
PENDAHULUAN 
A.Latar Belakang Masalah
Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari berbagai pengamat dan analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu pendidikan kita mengalami peningkatan secara merata. 1) Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratissentralistik, sehingga meningkat sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada keputusan birokrasi-birokrasi. Ketiga, minimnya peranan masyarakat khususnya orang tua sisiwa dalam penyelenggaraan pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan sebatas pendukung dana, tapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti mengambil keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah tidak memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat/orang tua sebagai stake holder yang berkepentingan dengan pendidikan. Keempat, krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah yang cenderung tidak demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah terhadap guru atau birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah. 
2) Munculnya paradigma guru tentang manajemen berbasis sekolah yang bertumpu pada penciptaan iklim yang demokratisasi dan pemberian kepercayaan yang lebih luas kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan secara efisien dan berkualitas. 3) Kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin mempengaruhi perilakubawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuanorganisasi. Gaya kepemimpinan yang kurang melibatkan bawahan dalam mengambil kepurusan maka akan mengakibatkan adanya disharmonisasi hubungan anatara pemimpin dan yang dipimpin. Salah satu solusinya adalah dengan dikeluarkannya UU no.32 tahun 2004 yaitu undang-undang otonomi daerah yang kemudian diatur oleh PP no. 33 tahun 2004 yaitu adanya penggeseran kewenangan dan pemerintah pusat ke pemda dalam berbagai bidang termasuk bidang pendidikan kecuali agama, politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal. Pemberian otonomi tersebut dimaksudkan agar lembaga sekolah memiliki kebebasan dan kemandirian mengelola lembaganya agar mampu berkembang sesuai dengan potensi dan kekhususan-kekhususan yang dimiliki daerah serta memiliki relevansi yang tinggi dan kemanfaatan optimal bagi pembangunan di daerah. Pemberian otonomi demikian dengan segala implikasinya dianggap merupakan langkah maju yang bertujuan untuk menciptakan efektifitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dengan bersumber kepada pemanfaatan potensi, kekhasan, dan kreativitas dari para penyelenggara pendidikan di daerah. Implementsi otonomi sekolah ini juga salah satunya tercermin dengan diberlakukannya UU No. 20/2005 yang memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai ganti dari Kurikulum 2004. Dengan adanya amanat otonomi dari undang- undang tersebut perangkat manajemen di sekolah bukan lagi sekedar sebagai pelaksana dari birokrasi pusat sebagaimana era sebelumnya, melainkan berposisi sebagai agen yang mandiri yang bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah sesuai dengan tugas dan fungsi manajemen (planning, organizing, actuating, controlling) dengan memperhatikan potensi dan kekhasan yang dimiliki. Namun, pada pembahasan kali ini peneliti hanya membahas mengenai actuating (penggerakan).
B.Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian dari actuating (penggerakan)? 
2. Sebutkan fungsi dan peranan actuating (penggerakan)? 
3.Bagaimanakah pengaplikasian actuating (penggerakan) dalam pendidikan? 
4.Apakah pentingnya actuating (penggerakan) dalam organisasi? 
C.Tujuan Penelitian
1.Mengetahui pengertian dari actuating (penggerakan). 
2.Mengetahui fungsi dan peranan actuating (penggerakan). 
3.Mengetahui pengaplikasian actuating (penggerakan) dalam pendidikan. 
4.Mengetahui pentingnya actuating (penggerakan) dalam organisasi. 
D.Manfaat Penelitian
1.Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai actuating (penggerakan). 
2.Lebih meningkatkan jiwa manajemen pada diri mahasiswa melalui actuating (penggerakan).
BAB II 
PEMBAHASAN
A. Pengertian Actuating (Penggerakan)
Fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry (Disingkat POAC) dalam Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan),controlling (pengendalian)”. Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa, “Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.” Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Actuating merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan penggerakan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam penggerakan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis. 
B.Fungsi dan Peranan Actuating (Penggerakan)
Pertama, adalah melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing) dan komunikasi (communication) (Nawawi, 2000:95). Dijelaskan pula bahwa pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga/mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi (Nawawi, 2000 : 95). Kedua, penggerakan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. 
C.Pengaplikasian Actuating dalam Pendidikan
Adalah pengarahan dan pemotivasian seluruh personil pada setiap kegiatan pendidikan di sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya. Kegiatan pendidikan tersebut yakni sebagai berikut: 1. Manajemen kurikulum, 2. Manajemen ketenagaan pendidikan (kepegawaian), 3. Manajemen peserta didik, 4. Manajemen sarana dan prasarana, 5. Manajemen keuangan/pembiayaan pendidikan, 6. Manajemen administrasi perkantoran, 7. Manajemen unit-unit penunjang pendidikan, 8. Manajemen layanan khusus pendidikan, 9. Manajemen tata lingkungan dan keamanan, 10. Manajemen hubungan dengan masyarakat, (Mulyono, 2008:168-170). 
D. Pentingnya Actuating dalam Organisasi
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
BAB III
 PENUTUP 
         A. Simpulan
Actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar. Fungsi dan peranan actuating yakni pertama, melakukan pengarahan (commanding), bimbingan (directing) dan komunikasi (communication); kedua, upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian. Pengaplikasian actuating dalam pendidikan adalah pengarahan dan pemotivasian seluruh personil pada setiap kegiatan pendidikan di sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya. Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. 
B. Saran
1. Semua guru sebagai anggota organisasi di sekolah sebaiknya mampu memaksimalkan tugasnya dalam berpartisipasi mewujudkan manajemen sekolah yang sesuai dengan cita-cita organisasi sekolah seutuhnya. 
2. Siswa sebaiknya lebih konsisten dan bertanggung jawab dalam tugas/kewajibannya sebagai pelajar agar dapat membantu mewujudkan tujuan organisasi sekolah. 
3. Pemerintah sebaiknya berpartisipasi untuk mewujudkan tujuan manajemen pendidikan seutuhnya baik itu berupa materil maupun nonmateril. 
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 
Actuating dalam wanvisioner.blogspot.com/2009/05/poac-planning-organizing-actuating-and.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.32 WIB.  
Actuating dalam www.sarjanaku.com/2010/06/resume-manajemen-pendidikan.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.45 WIB. 
Akhmad Sudrajat. 2008. Actuating dalam www.fileskripsi.com/2012/10/makalah-manajemen-pendidikan-sekolah.html diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.17 WIB. 
Arif Rahman Tanjung. 2006. Actuating dalam httpidb4.wikispaces.comfileviewdv4004.pdf diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.43 WIB. 
R.M.Lolowang. 2012. Actuating dalam httppublikasiilmiah.ums.ac.idbitstreamhandle1234567896872.%20LOLOWANG%20new.pdfsequence=1 diakses tanggal 20 Desember 2012 pukul 07.43 WIB.

ARTIKEL PEMANFAATAN BERITA DI KORAN KREASI ORIGAMI SEBAGAI MEDIA MENULIS PUISI BARU KELAS X

Pemanfaatan Berita di Koran dalam Kotak Kreasi Origami sebagai Media Menulis Puisi Baru Kelas X
(Oleh: Jumarni/PBSI/VB/10311050)
Abstrak
Learning a new poem in class today still limited to any theory or memorization. Media to be used researchers to enable students in learning to write a new poem by using origami creations boxes containing news from the newspaper. Learning to write a new poem with the news media in the paper in the box origami creations through several stages, which is as follows: 1) the formulation of learning objectives, 2) determination of teaching materials, and 3) the determination of the method of learning, 4) the selection of news events from newspapers and poetry models , 5) the implementation of new learning to write poetry.
keyword: news in the paper, a new poem, box origami creasi
A.Pendahuluan
Puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan yang terbaik, Jabrohim, et al (2009:1). Menurut Wirjosoedarmo dalam Rachmad Djoko Pradopo (1990:5) puisi itu adalah karangan yang terikat oleh: (1) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strova, suku karangan); (2) banyak kata dalam tiap baris; (3) banyak suku kata dalam tiap baris; (4) rima; (5) irama. Jadi, puisi itu adalah mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Tugas penyair yang terberat menurut Sapardi Djoko Damono dalam Jabrohim, et al (2009:2) adalah melawan kata-kata, untuk bisa menguasainya kemudian memurnikannya dan memberinya bobot.
Bahasa puisi mempunyai sifat yang ekspresif, sugestif, asosiatif, dan magis. Berikut ini adalah penjelasannya:
1.Ekspresif adalah setiap bunyi yang dipilih, setiap kata yang dipilih, dan setiap metafor yang dipergunakan harus berfungsi bagi kepentingan ekspresi, mampu memperjelas gambaran dan mampu menimbulkan kesan yang kuat. Setiap unsur bahasa yang dipilih dan dipergunakan harus turut membawakan nada, rasa dan pengalaman penyairnya.
2.Sugestif adalah bersifat menyarankan dan mempengaruhi pembaca atau pendengarnya secara menyenangkan dan tidak terasa memaksa. Karena sifat inilah puisi dapat berkesan sangat kuat dalam diri penikmatnya.
3.Asosiatif adalah mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang merembet, tetapi masih berkisar di seputar makna konvensionalnya atau makna konotatifnya yang sudah lazim.
4.Magis adalah bahasa puisi seolah-olah mempunyai kekuatan di dalamnya sehingga tampak magis dan bercahaya. Hal itu terjadi karena bahasa puisi memang telah diresapi emosi, mood, perasaan pribadi, kekaguman penyair, dan sebagainya.
Pada pembahasan kali ini peneliti akan membatasi masalah mengenai penulisan puisi baru. Pembelajaran puisi baru di kelas saat ini masih sebatas teori atau hafalan saja. Padahal teori tanpa praktik hanya bertahan beberapa menit saja dalam pikiran peserta didik. Kemampuan siswa dalam menulis puisi baru sangat menentukan seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi menulis puisi baru. Selain hal di atas, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi ketidakmampuan peserta didik dalam menulis puisi baru, yakni sebagai berikut: 1) ketidakmampuan guru dalam memberi pengalaman siswa dalam pembelajaran penulisan puisi baru; 2) seorang guru kurang menguasai materi menulis puisi baru; 3) guru kurang mengembangkan media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa; 4) guru kurang memberikan teknik penilaian yang merangsang daya kreativitas dan imajinasi siswa.
Manfaat/fungsi penulisan puisi baru adalah dapat digunakan sebagai sarana menyampaikan sejumlah hal, yang kadang bersifat eksplisit-gamblang dan kadang pula bersifat implisit-samar; kadang berupa informasi/persoalan/masalah dan kadang hanya berupa suasana tertentu. Kesemuanya itu sesungguhnya diperoleh atau berangkat dari pengalaman penyair-tepatnya sering disebut sebagai pengalaman kejiwaan-dalam merengkuh hidup dan kehidupannya, baik pengalaman yang bersifat emosional, intelektual, empirikal, maupun pengalaman lainnya. Atau dapat dikatakan membangun sebentuk komunikasi dialogis dengan pembacanya.
Media yang akan digunakan peneliti untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran menulis puisi baru yakni dengan menggunakan kotak kreasi origami yang berisi berita dari koran. Media adalah suatu alat yang berfungsi sebagai perantara untuk mempermudah pemahaman tentang suatu objek. Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan,” (Arief S. Sadiman, dkk, 2006:6).
Kelebihan pemanfaatan media berita di koran dalam kotak kreasi origami sebagai media menulis puisi baru adalah sebagai berikut: 1. Berita tersebut mudah diamati, sehingga siswa dengan mudah dapat mendata fakta yang terdapat dalam berita yang akan dijadikan bahan penulisan puisi baru. 2. Peristiwa-peristiwa tersebut berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dengan mudah menentukan tema dan amanat yang akan dijadikan bahan penulisan puisi baru. 3.Berita-berita tersebut sangat menarik apalagi peristiwa dalam berita tersebut merupakan berita mengejutkan, sehingga siswa dengan mudah dapat mengubah fakta yang terdapat dalam peristiwa tersebut menjadi sebuah puisi baru yang menarik.
B.Tahapan-Tahapan Pembelajaran Menulis Puisi Baru
1.Perumusan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran sesuai SK, KD, dan indikator yang tercantum dalam RPP.
Standar Kompetensi: Menulis 8. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi
Kompetensi Dasar : 8.2 Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima Indikator :
(1) Mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima.
(2) Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima.
(3) Menyunting puisi baru yang dibuat teman
2.Penentuan Materi Ajar
Penentuan materi ajar didasarkan pada materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar/materi pembelajaran harus disesuaikan dengan: (a) tingkat kemampuan siswa, (b) perkembangan jiwa siswa, dan (c) minat siswa yang diintegrasikan dengan penanaman nilai budi pekerti. Materi ajar menulis puisi baru berdasarkan berita berbagai peristiwa mengacu pada teori tentang unsur-unsur puisi baru, yaitu sebagai berikut: Puisi terdiri dari dua unsur yang menjadi ciri umum puisi, yaitu:
1). Unsur yang berkaitan dengan bentuk puisi terdiri dari unsur bunyi (rima dan irama), diksi atau pilihan kata, dan tampilan cetak/tulisan (tipografi).
2). Unsur yang berkaitan dengan makna puisi terdiri dari unsur tema dan unsur pesan tersurat atau pesan tersirat.
Menurut Herman J. Waluyo (1987:83-117), unsur pembangun puisi yang termasuk dalam struktur fisik puisi adalah: 1) diksi atau pemilihan kata adalah suatu proses memilih kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus mempertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama; 2) pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan; 3) kata konkret adalah kata-kata itu dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh; 4) majas (lambang dan kiasan) adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna; 5) bersifikasi (rima, ritma, dan metrum): rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi, ritma adalah pemotongan baris menjadi frasa yang berulang-ulang sehingga menimbulkan gelombang yang teratur, sedangkan metrum adalah pengulangan tekanan yang tetap, dan 6) tipografi adalah kata-kata yang disusun mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendek yang membentuk suatu kesatuan padu.
Sedangkan struktur batin puisi, sebagaimana disebut Herman J. Waluyo (1987:124-154), terdiri atas 1) tema adalah gagasan pokok atau subject-master yang dikemukakan oleh penyair; 2) nada adalah sikap penyair kepada pembaca; 3) perasaan adalah suasana perasaan penyair dalam karya sastranya; dan 4) amanat adalah pesan yang disampaikan penyair kepada pembaca .
Ciri-ciri puisi baru yakni sebagai berikut: a) bentuknya rapi, simetris; b) mempunyai persajakan akhir (yang teratur); c) banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain; d) sebagian besar puisi empat seuntai; e) tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis); f) tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar: 4-5 suku kata.
Puisi baru dapat diklasifikasikan menurut dua jenis, yakni: Pertama, menurut isinya, puisi dibedakan atas : a) balada adalah puisi berisi kisah/cerita; b) himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan; c) ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa; d) epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup; e) romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih; f) elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan; g) satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain: a) distichon (2 baris); b) tersina (3 baris); c) quartrain (4 baris); d) quint (5 baris); e) sextet (6 baris); f) septima (7 baris); g) oktaf/stanza (8 baris); h) soneta (14 baris yang biasanya dibagi atas: 3 quartrain ditambah 1 distichon, 2 quartrain ditambah 2 tersina, mungkin pula variasi lain).
3.Penentuan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran menulis puisi baru adalah ceramah, diskusi kelompok, dan tanya jawab. Metode ceramah dilakukan guru dengan tujuan agar siswa mendapat informasi tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan, (Roestiyah, 2001:137). Apapun metode pembelajaran yang digunakan tidak bisa terlepas dari metode ceramah. Selain berfungsi untuk mengawali pembelajaran, penggunaan metode ceramah juga didorong pula oleh tanggung jawab guru untuk berusaha memperkenalkan pokok-pokok terpenting yang merupakan suatu kerangka yang bulat dari suatu pelajaran baru, serta guru ingin membuat kesimpulan pelajaran yang baru diberikan itu, untuk mengambil intisari atau pokok-pokok terpenting, agar siswa terbiasa berbuat demikian.
Yang kedua adalah menggunakan teknik diskusi. Menurut Roestiyah (2001:5), di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Kelebihan dari metode diskusi, yakni sebagai berikut: 1) dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual; 2) dapat mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan; 3) rasa sosial siswa dapat berkembang; 4) memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat; 5) memperluas pandangan; 6) menghayati dan mengembangkan kepemimpinan.
Metode yang ketiga adalah metode tanya jawab. Menurut Roestiyah (2001:129), metode tanya jawab adalah suatu metode untuk memberi motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran; atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu, siswa menjawab. Guru melontarkan teknik tanya jawab itu mempunyai tujuan, agar siswa dapat mengerti atau mengingat-ingat tentang fakta yang dipelajari, didengar ataupun dibaca, sehingga mereka memiliki pengertian yang mendalam tentang fakta itu. Diharapkan pula dengan tanya jawab itu mampu menjelaskan langkah-langkah berfikir atau proses yang ditempuh dalam memecahkan masalah/soal; sehingga jalan pikiran anak tidak meloncat-loncat; yang akan merugikan siswa sendiri dalam menangkap suatu masalah untuk dipecahkan.
4.Pemilihan Berita Berbagai Peristiwa dari Koran dan Puisi Model
Pemilihan berita berbagai peristiwa dari koran yakni dengan memperhatikan: 1) beritanya dekat dengan domisli siswa/beritanya local; 2) beritanya menarik untuk siswa; 3) beritanya sesuai kebutuhan/kompetensi/karakteristik siswa.
5.Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Puisi Baru
Pelaksanaan pemanfaatan berita di koran dalam kotak kreasi origami sebagai media menulis puisi baru meliputi:
1.Guru memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan menghubungkan materi yang diajarkan sebelumnya dengan yang akan diajarkan pada saat itu.
2.Guru memancing pengalaman siswa dengan pertanyaan berikut: 1. Apa pengertian puisi baru dan mengapa ada puisi baru? 2. Apakah ada ciri-ciri khusus dari puisi baru dan jika ada sebutkan? 3.Ada berapa jenis puisi baru ? 4.Apa itu bait,irama, dan rima dan bagaimanakah implementasinya dalam penulisan puisi baru?
3. Guru menyampaikan contoh puisi baru
4. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil
5. Guru memberikan contoh puisi baru dan guntingan berita dari koran untuk dicermati
6.Siswa mendiskusikan ciri-ciri/unsur-unsur dan jenis puisi baru yang dibagikan tiap kelompok.
7.Siswa bertanya jawab tentang bagaimana mengubah berita dari koran menjadi puisi baru.
8.Guru membagikan kotak kreasi origami yang berisi berita dari koran, satu kotak kreasi origami untuk satu kelompok.
9.Semua siswa menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima sesuai berita yang dibagikan tiap kelompok oleh guru.
10.Siswa saling menukarkan hasil pekerjaannya kepada teman sekelompoknya untuk disunting.
11.Setelah selesai disunting, hasil pekerjaannya tadi dikembalikan dan diperbaiki.
12.Selanjutnya berita dan semua pekerjaan siswa tadi dikumpulkan ke dalam kotak kreasi origami dan diberikan kepada guru kembali.
13.Melalui tanya jawab guru membahas rangkuman
14.Guru memberikan refleksi (kesan dan kepuasan siswa)
15.Guru memberikan tugas rumah membuat puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima dengan menggunakan media alat-alat kebersihan.
C.Simpulan
Puisi baru adalah puisi yang bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Media yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi baru yakni dengan menggunakan kotak kreasi origami yang berisi berita dari koran. Kelebihan pemanfaatan media berita di koran dalam kotak kreasi origami sebagai media menulis puisi baru adalah sebagai berikut: 1) berita tersebut mudah diamati; 2) peristiwa-peristiwa tersebut berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari; 3) berita-berita tersebut sangat menarik. Tahapan-tahapan pembelajaran menulis puisi baru yakni sebagai berikut: 1) perumusan tujuan pembelajaran; 2) menentukan materi ajar; 3) menentukan metode pembelajaran; 4) pemilihan berita berbagai peristiwa dari koran dan puisi model; 5) pelaksanaan pembelajaran menulis puisi baru
Daftar Pustaka
Herman J. Waluyo. 1987. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Jabrohim, et al. 2009. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rachmat Djoko Pradopo. 1990. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Puisi Baru dalam www.kataberita.com/puisi/puisi.htm diakses tanggal 12 Desember 2012 pukul 08.54 WIB.
Puisi Baru dalam zhi3pisces.wordpress.com/2009/02/12/puisi-lama-dan-puisi-baru/ diakses tanggal 12 Desember 2012 pukul 08.45 WIB

PROPOSAL HASIL PENELITIAN

PROPOSAL HASIL PENELITIAN 
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA BOTOL KREATIF DAN MEDIA VISUAL DALAM MENGANALISIS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MADIUN TAHUN AJARAN 2012/2013
OLEH: JUMARNI 10311050 
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI IKIP PGRI MADIUN
 2013  

BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah
 Menurut hasil survei World Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut: pada tahun 1997 dari 49 negara yang diteliti Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999, dari 47 negara yang disurvei Indonesia berada pada urutan 46. Tahun 2002 dari 49 negara Indonesia berada pada urutan 47 dan pada tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan yang ke 53. Hal ini sangat memprihatinkan dunia pendidikan kita.

 Hasil observasi empirik di lapangan juga mengindikasikan bahwa sebagian besar lulusan sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sulit untuk bisa dilatih kembali, dan kurang bisa mengembangkan diri. Hal ini karena di sekolah, siswa sudah terbiasa dengan budaya “dekte” oleh guru, siswa tidak diajarkan bagaimana mengimplementasi teori dalam pemecahan masalah-masalah di masyarakat.

Masih rendahnya daya serap peserta didik. Atau dapat diartikan proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri, melalui penemuan dalam proses berikutnya. Guru yang cenderung aktif berbicara dan siswa duduk sambil mendengarkan tanpa memperhatikan apakah seorang siswa itu benar-benar konsentrasi, bermain handphone, membentuk forum dalam forum (berbicara sendiri ketika guru menerangkan). Setelah pelajaran usai siswa langsung diberi tugas rumah (PR) untuk mengerjakan tugas yang ada dalam modul/Lembar Kerja Siswa. Sehingga tidak ada kesempatan untuk peserta didik menuangkan ide kreatifnya. Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan oleh dominannya proses pembelajaran konvensional.

Siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Contohnya adalah siswa tidak mampu menulis surat dengan benar ketika berbaur dengan masyarakat padahal di sekolah sudah ada materinya. Siswa hanya mengetahui jenis-jenis surat, bagian-bagian surat, dan lain-lain. Contoh lainnya adalah siswa yang sudah sekolah sampai perguruan tinggi pun justru budaya sopan-santunnya mulai luntur dan salah satu penyebabnya adalah mereka menguasai banyak teori, tapi hanya sebatas pada tingkat hafalan untuk memperoleh IPK tertinggi dan belum sampai pada tingkat pemahaman, kesadaran, kebijakan, kesalehan serta pengetahuan yang luas dalam menyikapi berbagai permasalahan di masyakarat.

Model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa untuk selalu aktif, kreatif, dan berkembang. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif cocok diterapkan dalam pembelajaran menganalisis cerita pendek. Jadi, siswa tidak hanya mampu menguasai teori saja, terampil dalam mengimplementasikan, tetapi juga mampu berfikir aktif, kreatif, dan bijaksana dalam memecahkan masalah.

B. Identifikasi Masalah
 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran saat ini (2012) kurang berorientasi pada potensi siswa/kurang mengaktifkan siswa.
2. Masih banyak siswa yang hanya memahami teori saja tetapi tidak mampu mengimplementasikan secara nyata.
3. Penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik minat siswa. Kemampuan menganalisis cerita pendek siswa masih rendah.

 C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa.
2. Kemampuan siswa dalam menganalisis cerita pendek meliputi kemampuan tinggi dan rendah.
3. Model pembelajaran inkuiri dibatasi pada media botol kreatif dan media visual. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.

 D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013? 2. Bagaimanakah penerapan penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013?  

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Mengetahui penerapan penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun.
3. Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
4. Kegunaan Praktis
 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
Bagi Siswa
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
Menimbulkan minat, motivasi dan memunculkan inspirasi yang cemerlang.
Bagi Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
Memotivasi guru untuk lebih kreatif lagi dalam memilih model pembelajaran dan media yang menarik minat siswa.
Bagi Sekolah
Sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

D. Definisi Operasional 
Model pembelajaran inkuiri adalah suatu pedoman untuk pembelajaran di kelas yang memanfaatkan pertanyaan untuk menemukan/menganalisis suatu permasalahan. Media visual adalah alat fisik yang melibatkan pandangan mata. Media botol kreatif adalah alat yang tercipta dari botol yang dihias dan didalamnya berisi cerita pendek dan pertanyaan. Menganalisis cerita pendek adalah kemampuan memahami unsur-unsur baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik cerita pendek tersebut.

BAB II 
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

 A. Kajian Teori 
1. Cerita Pendek 
a. Hakikat Cerita Pendek 
Dick Hartoko dalam Herman J. Waluyo (2002:33) secara singkat menjelaskan, 
 “Dalam cerita pendek terjadi pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada situasi sehari-hari tetapi posisinya sangat menentukan (artinya menentukan perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, dan keputusan).” 
Ian Reid dalam Herman J. Waluyo (2002:33) menyebutkan tiga kualitas yang esensial dari cerita pendek, yakni: “1) adanya kesan (impresi) yang menyatu dalam diri pembaca; 2) adanya konsentrasi dari krisis (konflik); dan 3) adanya pola (desain) yang harmonis (unity of impresion, concentrating of crisis, dan symmetry of desaign). Jadi, cerita pendek adalah cerita singkat yang menampilkan satu alur cerita atau langsung habis jika dibaca sekali duduk.” 

b. Ciri-ciri Cerita Pendek 
Tentang ciri-ciri cerita pendek, Guntur Tarigan dalam Herman J. Waluyo (2002:35) memberikan penjelasan antara lain sebagai berikut:
 “1)singkat padu, dan intensif (brevity, unity, dan intensity); 2) memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerak (scene, character, dan action); 3) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incisive, suggestive, dan alert); 4) mengandung impresi pengarang tentang konsepsi kehidupan; 5) menimbulkan efek tunggal dalam pikiran pembaca; 6) mengandung detil dan inseden yang benar-benar terpilih; 7) memiliki pelaku utama yang menonjol dalam cerita; 8) menyajikan kebulatan efek dan kesatuan emosi”. 
 Jadi dapat disimpulkan ciri-ciri cerita pendek yang utama adalah singkat, padu, terdiri dari unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, serta terdiri dari satu alur cerita

c. Unsur Pembangun Cerita Pendek
 Unsur-unsur pembangun Cerita Pendek dapat dibedakan menjadi dua yakni: 
1) Unsur Instrinsik
a) Tema
“Tema adalah aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat,”(Robert Stanton, 2007:36). Dapat dikatakan tema adalah dasar untuk membuat suatu cerita pendek. Sehingga alur dalam cerita tersebut dapat padu dan utuh dari awal sampai akhir cerita. Namun, bukan berarti baik-buruknya suatu karya ditentukan oleh temanya melainkan yang lebih menentukan adalah penggarapannya.
b) Tokoh
“Tokoh adalah pembawa dan pelaku cerita, pembuat, pelaku, dan penderita peristiwa-peristiwa yang diceritakan,” (Burhan Nurgiyantoro, 2010:74). Tokoh dibagi menjadi tokoh utama, bawahan, sampingan, dan lain-lain.
c) Plot atau Alur
“Plot adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh,” (Kenny dan Burhan Nurgiantoro, 2010:75). Alur terdiri dari tiga jenis, yakni alur maju, mundur, dan campuran. Alur dalam cerita kebanyakan adalah campuran agar pembaca tidak mudah menebak akhir ceritanya dan tidak membuat jenuh. Alur meliputi beberapa tahap: 1) Pengantar: bagian cerita berupa lukisan, waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita; 2) Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita; 3) Puncak ketegangan/klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak; 4) Ketegangan menurun/antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang; 5) Penyelesaian/resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan. “Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan kenai sesuatu kejadian,” (Burhan Nurgiantoro, 2010:75).
d) Penokohan atau Perwatakan
 “Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini,”(Sudjiman,1988:23). “Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang,” (Sudjiman, 1988:56). Pesan moral dalam suatu karya sastra dapat disampaikan secara tersurat lewat tokoh-tokohnya atau secara tersirat lewat alur cerita dari awal sampai akhir.
e) Sudut Pandang 
 “Sudut pandang adalah orang yang bertolak dari penceritanya, yaitu tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita atau posisi pencerita membawakan kisahan,” (Sudjiman, 1988:78). Posisi pengarang dapat menjadi orang pertama tunggal, orang kedua, sebagai pengamat, dan orang yang serba tahu. 
2) Unsur Ekstrinsik
 Adalah latar belakang sosial-budaya pengarang semasa karya itu diciptakan yang terwujud dalam tokoh-tokoh yang dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat, kesenian, dan benda-benda yang terungkap dalam karya sastra. Jadi, simpulannya unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.

 2. Model Pembelajaran
a. Hakikat Model Pembelajaran 
Menurut Meyer, W.J. dalam Trianto (2011:21), “secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.” “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain,” (Joyce dalam Trianto:22).

Nieveen dalam Trianto (2011:24-25), suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut: “Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: 1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretis yang kuat; dan 2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan 2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektifitas ini, Neveen memberikan parameter sebagai berikut: 1) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan 2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.” Dengan demikiaan, model pembelajaran adalah hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh pengajar untuk mempermudah di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan, (Trianto, 2011:27).

b. Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Trianto (2011:166), “inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.” Dengan kata lain inkuiri adalah suatu kegiatan menemukan sendiri informasi melalui tahap-tahap kreatif.

Gulo dalam Trianto (2011:166), menyatakan strategi inkuiri berarti “suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.” Diharapkan pada pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Jadi, dengan kata lain pembelajaran inkuiri tidak hanya dapat membantu siswa cerdas dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sains dan teknologi tetapi juga mampu menghasilkan pengetahuan baru melalui kreativitasnya.

Trianto (2011:166), menyatakan sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah: “1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; 2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan 3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.” Jadi, pembelajaran inkuiri tidak hanya mampu mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional.

Untuk menciptakan kondisi seperti ini, peranan guru adalah sebagai berikut: “1) motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir; 2) fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan; 3) penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat; 4) administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas; 5) pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan; 6) manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas; 7) rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa,” Trianto (2011:166).

Peran guru selain hal diatas yakni guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Jadi, diharapkan kegiatan pembelajaran yang dapat memasifkan siswa yakni guru untuk aktif dalam ceramah, bisa diganti dengan guru aktif mencari materi dari sumber-sumber yang mampu mengaktifkan kreativitas siswa. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran inkuiri: “1) Merumuskan masalah; 2) mengamati atau melakukan observasi; 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain; 4) mengomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain),” (Masnur Muslich, 2007:45). Pembelajaran tidak cukup hanya sekedar ceramah diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Jadi, pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri, yakni: “1) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik; 2) Membantu menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru; 3) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, objektif, dan terbuka; 4) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri; 5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik; 6) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan; 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu; 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri; 9) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional; 10) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi,” (Jamal Ma’mur Asmani, 2010:160-161). Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat ditentukan oleh kerjasama yang baik antara siswa dan guru untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Misalnya, siswa aktif dan selalu memperhatikan apa yang diinstruksikan oleh guru.

3. Media Pembelajaran 
 a. Hakikat Media Pembelajaran 
Media adalah suatu alat yang berfungsi sebagai perantara untuk mempermudah pemahaman tentang suatu objek. “Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan,” (Arief S. Sadiman, dkk, 2006:6). Jadi, media pembelajaran adalah alat fisik yang digunakan oleh seorang guru sebagai perantara untuk menyampaikan materi pelajaran dengan memperhatikan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran 
Media Grafis atau media visual adalah saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Berikut adalah beberapa jenis media grafis, yakni sebagai berikut: 1) gambar/foto; 2) sketsa; 3) diagram; 4) bagan/chart; 5) grafik; 6) kartun; 7) poster; 8) peta globe; 9) papan flanel; 10) papan buletin.

Media Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa. Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain film bingkai, film rangkai, overhead proyektor opaque, tachitoscope, microprojection dengan microfilm, (Arief S. Sadiman, 2006:17-18).

 c. Media Botol Kreatif 
 Adalah sebuah media pembelajaran yang memanfaatkan bahan bekas yakni botol untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran. Botol tersebut dibuat semenarik mungkin dengan memanfaatkan lingkungan sebagai dasar dalam pembuatannya. Botol kreatif tersebut berisi materi yakni cerita pendek dan beberapa pertanyaan untuk dianalisis oleh siswa.

d. Kegunaan Media Pembelajaran
Menurut Arief S. Sadiman (2006:17-18), ada beberapa kegunaan media pembelajaran, yakni sebagai berikut: Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: a) objek terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar; b) objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai; c) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: a) menibmbulkan kegairahan belajar; b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

B.Kerangka Berpikir
Cerita pendek adalah cerita singkat yang menampilkan satu alur cerita atau langsung habis jika dibaca sekali duduk. Ciri cerpen yang utama adalah singkat, padu, terdiri dari unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, serta terdiri dari satu alur cerita. Unsur pembangun cerpen terbagi menjadi dua yakni unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik tersebut yakni tema, tokoh, plot, latar, penokohan, amanat, sudut pandang. Unsur ekstrinsiknya adalah latar belakang sosial budaya pengarang.

Model pembelajaran adalah hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh pengajar untuk mempermudah didalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan. Model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses kegiatan menemukan sendiri informasi melalui tahap-tahap kreatif. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang tidak hanya mampu mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional.

Media pembelajaran adalah alat fisik yang digunakan oleh seorang guru sebagai perantara untuk menyampaikan materi pelajaran dengan memperhatikan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media visual adalah saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan, sedangkan media botol kreatif adalah sebuah media pembelajaran yang memanfaatkan bahan bekas yakni botol untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran.

Botol kreatif tersebut berisi materi yakni cerita pendek dan beberapa pertanyaan untuk dianalisis oleh siswa. Jika menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dalam menganalisis cerita pendek, maka tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak hanya terbatas pada tingkat hafalan saja, tetapi merupakan hasil penemuan sendiri.

C.Hipotesis Penelitian
1. Ha: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dibandingkan dengan menggunakan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.
2. Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dibandingkan dengan menggunakan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.  

BAB III 
METODE PENELITIAN

 A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksananakan pada kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Madiun. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2012 sampai dengan Januari 2013.

B. Metode Penelitian
Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, (H. Hadari Nawawi, 2005:61). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, yaitu: “suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan,
“jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apakah yang akan terjadi?” Dalam hubungan ini peneliti memanipulasikan sesuatu stimuli, treatment, atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan secara sengaja dan logis,” (Best dalam Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:52).

 C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dari judul berikut ini adalah “Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013”.Variabel bebas adalah “sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain, yang pada gilirannya gejala atau faktor atau unsur yang kedua itu,” (H. Hadari Nawawi, 2005:56). Variabel Bebas (X) adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.

 Variabel terikat adalah “sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas,” (H. Hadari Nawawi, 2005:57). Variabel Terikat (Y) adalah menganalisis cerita pendek.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut H. Hadari Nawawi (2005:141), populasi adalah “keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian”. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. 

Menurut H. Hadari Nawawi (2005:144), “sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian”. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara area random sampling, yakni semua siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel tetapi dengan cara pengambilan sampel berkelompok (cluster sampling). Random sampling itu adalah “cara pengambilan sampel secara acak”, (Sugiyono, 2012:91). Cluster Sampling adalah cara pengambilan sampel secara acak, namun yang dilakukan berdasarkan kelompok bukan individu.

Sampel penelitiannya adalah: Siswa Kelas VII A sebagai kelompok kontrol. Kelompok kontrol adalah “kelompok obyek penelitian yang tidak dikenai perlakuan (treatment) tertentu, dalam artinya kondisinya tidak dirubah dengan menjaga bahwa variabel kontrolnya sama dengan kelompok kontrol,” (H. Hadari Nawawi, 2005:85). Siswa Kelas VII G sebagai kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen adalah “kelompok obyek penelitian yang dikenai atau mendapat perlakuan (treatment) tertentu,”( H. Hadari Nawaw, 2005:85).

 E. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah “penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis,” (Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:50). Oleh karena itu, benar tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Untuk mendapatkan data tentang variabel-variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini, digunakan alat pengambil data berupa tes. Sudijono dalam Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah (2012:49) mengatakan,
 “tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan dengan nilai standar tertentu.”

Tes sebagai instrumen pengumpul data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
 Tes buatan guru adalah “tes yang dibuat oleh guru-guru kelas itu sendiri,” (Burhan Nurgiyantoro, 2009:60). Tes terstandar yaitu “tes yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing, yang sudah mengalami ujicoba berkali-kali, direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat dikatakan cukup baik,” (Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:50).

Bentuk tes yang dapat digunakan misalnya tes uraian atau essay examination, yaitu suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang, (Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:50).

F. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data/instrumen penelitian adalah “berupa pedoman observasi, diuji coba terlebih dahulu untuk mengamati perilaku subyek sampel yang komparabel dan prosedur yang terstandar sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang sesungguhnya, (Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:41).” Berdasarkan judul berikut ini “Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013”. Variabel bebas (X) adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah menganalisis cerita pendek. Jadi, teknik pengumpulan datanya adalah tes uraian atau essay examination.

Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian, butir soal, dan penilaianya:
 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
1.Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri cerita pendek 9 1
2.Siswa mampu menyebutkan dan menemukan unsur instrinsik dalam cerita pendek 1,2,4,5,6,7,8,10 7 3.Siswa mampu menyebutkan dan menemukan unsur ekstrinsik dalam cerita pendek 3 1
 Butir-butir Soal 
1. Dimanakah posisi pengarang dalam cerita pendek itu? Berikan 3 alasan untuk mendukung pendapatmu! 2.Urutkan dengan garis waktu paling sedikit enam hal yang terjadi pada Aryo setelah membeli ladang dari lelaki tua berpeci!
3. Temukan unsur ekstrinsik dalam cerita pendek itu!
4. Tulislah amanat yang disampaikan penulis kepada pembaca melalui cerita pendek itu!
5. Tuliskan nama tokoh dan gambarkan perwatakan masing-masing tokoh cerita pendek itu!
6. Analisislah cara lelaki tua juling berpeci mempertahankan surau leluhurnya. Evaluasi apakah ia dapat melakukan sesuatu yang lain untuk mempertahankan suraunya!
7. Dengan menggunakan kalimat-kalimat lengkap, gambarkan latar/setting cerita pendek itu!
8. Temukan tema yang menonjol dan gambarkan dengan kalimat-kalimat yang baik adegan yang menarik dalam cerita pendek itu!
9. Sebut dan jelaskan secara singkat ciri-ciri dari cerita pendek?
10. Evaluasi Aryo itu orang yang baik atau tidak. Tulislah dalam sebuah alinea yang baik, gambarkan juga kelemahan dan kekuatannya!
 Penilaian
 Nomor Butir Soal  1,9 (5)
Nomor Butir Soal 2,10 (15)
Nomor Butir Soal 3,4,5,6,7,8 (10)
Total 100
 G. Analisis Data
 Sesuai dengan metode penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana teknik pengumpulan datanya menggunakan tes uraian atau atau essay examination, maka data utama yang akan dianalisis adalah data kuantitatif dengan jenis data interval. Menurut Agus Irianto (2008:19), data interval adalah “suatu skala yang mempunyai rentangan konstan antara tingkat satu dengan yang aslinya, tetapi tidak mempunyai angka 0 mutlak”. Untuk itu, peneliti akan menggunakan analisis data statistik dengan menggunakan uji t-tes sampel independent. T-tes atau uji t adalah “teknik yang digunakan untuk menguji perbedaan rerata nilai,” (Suharsimi Arikunto, 2007:392). Sampel independent adalah “eksperimen dengan sampel terpisah,” (Suharsimi Arikunto, 2007:397). Uji t-tes sampel independent dimaksudkan untuk menganalisis penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual berdasarkan variabel menganalisis cerita pendek. Data tes uraian atau essay examination dipergunakan untuk membantu menjelaskan hasil penelitian data tes uraian.

Data yang dianalisis untuk menguji hipotesis berikut ini: 1. Ha: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dibandingkan dengan menggunakan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013; 2. Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dibandingkan dengan menggunakan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.

Alasan peneliti menggunakan t-tes sampel independent yakni sebagai berikut: 1. eksperimen dengan sampel terpisah yakni kelas eksperimen (VII G) dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri media botol kreatif dan kelas kontrol (VII A) dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri media visual; 2. skala mempunyai rentangan konstan antara tingkat satu dengan yang aslinya, tetapi tidak mempunyai angka 0 mutlak artinya siswa mendapat nilai 0 bukan berarti tidak tahu apa-apa; 3. teknik yang digunakan untuk menguji perbedaan rerata nilai karena eksperimen dilakukan dengan siswa kelas VII tetapi subjeknya beda yakni siswa kelas VII A dan kelas VII G.

Rumus penelitian t-tes sampel independent adalah sebagai berikut: 
t = (Xe-Xk)/(√(〖SDe〗^2/(Ne-1))+√(〖SDk〗^2/(Nk-1)))
Dimana: Xe = Mean data eksperimen, diperoleh melalui rumus: Xe = fxe/N
Xk = Mean data kontrol, diperoleh melalui rumus: Xk = fxk/N
〖SDe〗^2 = Standard Deviasi data eksperimen, diperoleh melalui rumus:
 〖SDe〗^2 = 〖fxe〗^2/N - 〖fxe〗^2/N
〖SDk〗^2 = Standard Deviasi data kontrol, diperoleh melalui rumus:
 〖SDk〗^2 = 〖fxk〗^2/N- 〖fxk〗^2/N
 Ne = jumlah subjek kelas eksperimen
 Nk = jumlah subjek kelas kontrol
Interpretasinya yakni dengan menggunakan rumus berikut:
 df = (ne+nk) – 2
 Dimana: df = degrees of freedom
 ne = jumlah subjek kelas eksperimen
 nk = jumlah subjek kelas kontrol
 Jika t-tabel dengan taraf kesalahan 5% atau 1% lebih kecil dari t-hitung, maka Ha: diterima dan Ho: ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan antara x dan y.

Jika t-tabel dengan taraf kesalahan 5% atau 1% lebih besar dari t-hitung, maka Ha: ditolak dan Ho: diterima berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara x dan y.

 Daftar Pustaka
 Agus Irianto. 2008. Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arief S. Sadiman. 2006. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
 H.Hadari Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Herman J. Waluyo. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widya Sari Press.
 Jamal Ma’mur Asmani. 2010. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
 Masnur Muslich. 2007. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Robert Stanton. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
 Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
 Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah. 2012. Penelitian Kuantitatif (Sebagai Pengantar). Bandung: Alfabeta.
 Cerita Pendek dalam id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek diakses tanggal 12 November 2012 pukul 19.57 WIB.

ANALISIS PERISTIWA PRAGMATIK



Analisis Tindak Tutur dalam Film Twilight


(Oleh: Jumarni/PBSI/VB/10311050)

A. Pendahuluan 
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat vital dalam hidup manusia. Aktivitas apapun tidak dapat bisa berjalan tanpa adanya bahasa. Semua ide, gagasan, pendapat tidak dapat tersampaikan kepada orang lain tanpa perantara bahasa. Penggunaan bahasa dalam suatu tindak tutur selain bertujuan untuk memberi informasi juga berharap lawan tutur terpengaruh oleh lokusi penutur. Dalam pragmatik sendiri, perlokusi tidak hanya bermakna jika diucapkan saja tetapi sikap dan tindakan juga dapat mewakili jawaban dari lawan tutur. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis tindak tutur dalam film twilight.


B. Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, Perlokusi

Searle dalam I Dewa Putu Wijana (1996:17), secara pragmatik setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). I Dewa Putu Wijana (1996:17-18), “tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu.” Penutur hanya menginformasikan sesuatu baik itu berupa pertanyaan, maupun pernyataan untuk melakukan sesuatu, tanpa ada maksud untuk mempengaruhi lawan tuturnya. 
Tindak tutur ilokusi adalah suatu tindakan yang abstrak atau pemahaman lawan tutur terhadap lokusi dari penutur. Tindak tutur ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya, (I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, 2011:23-24). 
I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi (2011:24), “tindak tutur perlokusi adalah sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkannya.” Penutur memberikan efek terhadap lawan tutur yakni dapat berupa sikap, jawaban, dan tindakan. Dalam film twilight banyak digunakan tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang cukup menarik untuk dianalisis. Selain pengungkapan gagasan berupa jawaban, juga diungkapkan dengan sikap dan tindakan. 
C. Analisis Tindak Tutur Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi Dalam Film Twilight
1. Teman Bella: Bella (memanggil Bella sambil melempar sesuatu). 
Bella: (Menengok sambil memperlihatkan bahwa ia sedang membaca buku). 
Hasil analisis: 
Data (1) tindak lokusinya teman Bella memanggil Bella sambil melempar sesuatu. Hal tersebut diharapkan agar Bella bisa segera bergabung dengannya. Jarak dia dengan Bella yang agak jauh membuatnya harus memanggil Bella sambil melempar sesuatu. Hal itu dimaknai sebagai hal yang wajar dikalangan remaja. Selain menambah suasana keakraban juga merupakan sarana komunikasi nonverbal untuk memperjelas komunikasi verbal. 
Tindak ilokusinya Bella memahami lokusi temannya. Dengan tidak memaknai tindakan temannya tersebut sebagai tindak kekerasan tetapi hanya sebagai sarana komunikasi nonverbal untuk mempermudah komunikasi agar segera bisa ditanggapi oleh Bella. Saat itu Bella pun juga sedang membaca buku sambil mendengarkan lagu dengan alat bantu yang dipasang ditelinganya. Jadi, juga mempengaruhi daya pendengaran Bella terhadap informasi-informasi/lokusi dari orang lain. 
Tindak perlokusinya yakni Bella menengok sambil memperlihatkan bahwa ia sedang membaca buku. Hal ini dilakukan Bella selain karena jarak yang agak jauh, juga tidak sopan juga jika ia harus berteriak “tidak mau” kepada temannya. Sehingga ia memakai bahasa nonverbal untuk mengungkapkan keengganannya bergabung dengan teman-temannya.
2. Bella: Kau bilang padanya? 
Charlie: (Membelalakkan mata sambil mengangkat jari tangannya). 
Hasil Analisis: 
Data (2) tindak lokusinya Bella bertanya kepada ayahnya “Kau bilang padanya?”. Bella bertanya seperti itu karena ia tidak ingin ibunya cemas mendengar musibah yang hampir membunuhnya. Kalau tidak ada Edward Cullens mungkin ia sudah meninggal ditabrak temannya sendiri. Meskipun temannya berdalih kalau ia sebenarnya sudah berusaha untuk menghentikan mobilnya tetapi tetap tidak bisa. Dengan kesigapan dan kecepatan Edward Cullenslah, Bella dapat terselamatkan. 
Lalu tindak ilokusinya Charlie memahami lokusi dari Bella. Charlie sebenarnya juga tidak ingin mantan istrinya tersebut cemas mendengar kabar tersebut, tetapi bagaimanapun juga seorang ibu harus tahu bagaimana kondisi anaknya. Mungkin tindakan Charlie memberi kabar mantan istrinya tersebut membuat Bella marah tetapi ia melakukan itu untuk kebaikan bersama. Ia ingin ibu Bella juga merasakan apa yang Charlie rasakan jika melihat anaknya hampir meninggal dunia karena kelalaian teman Bella mengemudikan kendaraan pribadi. 
Tindak perlokusinya yakni Charlie membelalakkan mata sambil mengangkat jari tangannya. Tindakan Charlie mengungkapkan komunikasi nonverbal tersebut sebagai tanda bahwa hal itu merupakan suatu yang wajar dilakukan orang tua jika anaknya mendapat musibah. Jadi, ia tidak harus menjawabnya dengan kata “ya” karena sudah pasti ia melakukannya jika Bella mendapat musibah meskipun tidak terjadi apa-apa terhadap Bella.
3. Bella: Bisa aku bicara denganmu sebentar? 
Edward Cullens: (Datang menghampiri Bella). 
Hasil Analisis: 
Data (3) tindak lokusinya Bella mengatakan “Bisa aku bicara denganmu sebentar?”. Hal ini dilakukan Bella karena saat itu Edward Cullens sedang berbicara dengan orang tuanya yang saat itu sedang bertugas di rumah sakit tempat Bella dirawat. Selain itu, juga tidak mungkin Bella langsung memanggil Edward Cullens tanpa minta ijin dulu kepada orang tuanya yang saat itu sedang berbicara serius dengannya. 
Lalu tindak ilokusinya Edward Cullens memahami lokusi dari Bella. Ia berpikir bahwa Bella memang ingin berbicara berdua saja dengannya. Ayah Edward juga ikut memahami lokusi dari Bella yang ingin berbicara berdua dengan anaknya, Edward Cullens. 
Tindak perlokusinya yakni Edward Cullens datang menghampiri Bella. Ayah Edward juga mengajak istrinya untuk meninggalkan Edward Cullens agar bisa berbicara berdua dengan Bella. Meskipun sebenarnya ayahnya juga tidak menyetujui Edward Cullens berdekatan dengan Bella. Penyebabnya adalah Edward Cullens yang terlahir sebagai keturunan vampir dan Bella sebagai manusia. Hal ini akan memberikan efek yang tidak baik untuk keluarganya.
4. Dosen: Yo, yo, yo. Hei, kalian, ayolah kita harus pergi. Kita harus pergi. Hijau itu apa? Bagus. Ayo pergi. Ayo. 
Mahasiswa: (Berjalan menuju bus). 
Hasil Analisis: 
Data (4) tindak lokusinya dosen mengatakan “Yo, yo, yo. Hei, kalian, ayolah kita harus pergi. Kita harus pergi. Hijau apa itu? Bagus. Ayo pergi. Ayo.” Hal ini dilakukan dosen karena mahasiswa justru asyik ngobrol/berbicara dengan temannya padahal bus sudah siap. Selain itu, juga untuk mengefektifkan waktu agar tidak terbuang dengan percuma untuk hal-hal yang tidak perlu. Faktor waktu perjalanan yang jauh dan disana nanti juga akan melakukan suatu penelitian atau observasi berkaitan dengan kuliah biologinya yang pasti juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit. 
Tindak ilokusinya mahasiswa memahami lokusi dari dosen. Mahasiswa berpikir bahwa jika bus sudah siap berarti alangkah lebih baik jika langsung masuk ke bus dan itu diperkuat juga dengan ajakan dosen untuk segera masuk ke bus agar cepat sampai tempat penelitian atau observasi. 
Tindak perlokusinya yakni mahasiswa berjalan menuju bus. Mahasiswa sadar bahwa tindakan dosennya tersebut merupakan hal yang sebenarnya tidak harus dilakukan terhadap seorang mahasiswa. Akan tetapi, karena mahasiswa kurang mempunyai kesadaran tentang keefektifan waktu. Jadi, mahasiswa tidak langsung masuk ke bus tetapi justru ngobrol/berbicara dengan temannya.
5. Edward Cullens: Setidaknya bisakah kau memperhatikan jalanmu. 
Bella: (Menatap Edward dan meninggalkannya). 
Hasil Analisis: 
Data (5) tindak lokusinya Edward Cullens mengatakan “Setidaknya bisakah kau memperhatikan jalanmu”. Hal itu dilakukan Edward Cullens karena Bella tidak berhati-hati dalam berjalan padahal akibatnya bisa fatal jika Bella selalu lalai dalam bertindak atau melakukan sesuatu tanpa berhati-hati. Rasa peduli Edward yang tinggi juga menjadi penyebab mengapa Edward Cullens berkata dengan nada tinggi seperti itu. Ia tidak ingin Bella celaka karena kecerobohannya sendiri. 
Tindak ilokusinya Bella memahami lokusi dari Edward. Bella berpikir bahwa apa yang dikatakan Edward tadi merupakan suatu hal yang sangat menyinggung perasaannya dan tidak pantas diucapkan kepadanya. Sebagai seorang Edward Cullens sebenarnya bisa berbicara dengan bahasa yang lebih halus tanpa menyinggung perasaan orang lain apalagi kepadanya. Edward Cullens merupakan seorang lelaki yang kini telah mencuri perasaannya. Jadi, perkataan Edward Cullens tadi dianggap seperti petir di siang hari atau begitu menyayat hatinya. Tindak perlokusinya yakni Bella menatap Edward dan berusaha meninggalkannya. Hal ini dilakukan untuk memperjelas kemarahannya kepada Edward Cullens. Jadi, Bella tidak mungkin menanggapi perkataan Edward Cullens yang seperti itu dan lebih baik meninggalkannya.
6. Edward Cullens: Masuklah ke mobil! 
Bella: (Langsung masuk ke mobil). 
Hasil Analisis: 
Data (6) tindak lokusinya Edward Cullens mengatakan “Masuklah ke mobil!”. Hal ini dilakukannya agar Bella tidak dilukai oleh para penjahat yang saat itu ingin berniat jahat kepada Bella. Rasa cinta Edward kepada Bella yang begitu besar membuatnya berusaha melindungi Bella kapanpun dan dimanapun Bella berada. Ia berusaha mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan dan kenyamanan Bella. Apapun ia lakukan agar Bella bahagia apalagi cuma melawan penjahat. 
Tindak ilokusinya Bella memahami lokusi dari Edward Cullens. Bella yang saat itu merasa ketakutan karena dikepung oleh penjahat yang ingin melukainya. Kehadiran Edward Cullens seperti pahlawan untuknya karena datang saat ia benar-benar memerlukan bantuannya. Perlindungan Edward yang seolah-olah ekstra kepadanya membuatnya lebih mengukuhkan rasa simpatinya kepada Edward Cullens. 
Tindak perlokusinya yakni Bella langsung masuk ke mobil. Perkataan Edward Cullens membuatnya tidak mampu berkata-kata lagi kecuali langsung melakukan dengan tindakan. Tidak akan mungkin Bella berkata-kata/berbicara dengan situasi yang sangat buruk untuknya. Lebih baik ia menyelamatkan diri atau langsung menuruti perintah dari Edward Cullens.
7. Alice: Berhenti. 
Anggota keluarga Cullens dan Bella: (Semua berkumpul). 
Hasil Analisis: 
Data (7) tindak lokusinya Alice mengatakan “Berhenti!”. Kemampuan Alice dalam menerawang masa depan membuatnya lebih siaga saat akan terjadi apapun dengan keluarganya. Ini terjadi ketika semua anggota Cullens dan Bella bermain baseball, tiba-tiba ada 3 orang yang datang dari keturunan vampir yang lain. Sehingga Alice berkata demikian agar keluarganya bersikap siaga. 
Tindak ilokusinya anggota keluarga Cullens dan Bella memahami lokusi dari Alice. Semua anggota berpikir jika Alice berkata demikian berarti suatu pertanda bahwa akan ada bahaya yang mengancam keluarga Cullens. Meskipun kemampuan Alice itu bersifat subjektif namun semua keluarga percaya bahwa firasat Alice itu banyak benarnya. Sehingga semua keluarga sangat percaya kepada kemampuan Alice. Tidak ada untungnya juga untuk Alice untuk mengada-ada suatu musibah apalagi itu menyangkut keluarganya sendiri. 
Tindak perlokusinya yakni semua anggota keluarga Cullens dan Bella berkumpul. Hal itu dilakukan oleh keluarga Cullens agar dapat membuat benteng pertahanan yang kokoh dihadapan musuh. Keikutsertaan Bella dalam keluarga Cullens dalam bermain baseball saat itu membuat mereka lebih siaga dan waspada. Keluarga Cullens tidak mau keberadaan Bella dalam keluarganya nanti dicium oleh musuh dan digunakan sebagai sandera untuk menaklukan kekokohan keluarga Cullens.
8. James: Kau membawa makanan ringan (saat James mencium bau Bella). 
Keluarga Cullens: (Bersikap garang agar James tidak melukai Bella). 
Hasil Analisis: 
Data (8) tindak lokusinya James mengatakan “Kau membawa makanan ringan”. Hal ini terjadi saat James mencium bau manusia dari tubuh Bella. Awalnya musuh tidak mengetahui bahwa ada satu manusia di keluarga Cullens. Akan tetapi, ketika ada hembusan angin keberadaan Bella tercium juga. 
Tindak ilokusinya keluarga Cullens memahami lokusi dari James. Keluarga Cullens berpikir bahwa ucapannya James sangat menyudutkan posisi Bella. Bella adalah satu-satunya manusia yang bersama keluarga Cullens. Hal ini membuat semua keluarga harus melindunginya. 
Tindak perlokusinya yakni keluarga Cullens bersikap garang agar James tidak melukai Bella. James dan lainnya adalah sama-sama keturunan dari vampir. Akan tetapi, yang membedakannya adalah anggota keluarga Cullens merupakan vampir vegetarian atau hanya memakan darah hewan saja. Sedangkan James dan dua temannya adalah monster atau memakan darah manusia. Sikap keluarga Cullens tersebut juga merupakan suatu bentuk perlawanan agar musuh tidak meremehkan kekuatan dari keluarganya.
D. Simpulan
Tindak tutur dalam film twilight, bila dicermati selain memberi informasi (lokusi), juga bertujuan agar lawan tutur memahami dan terpengaruh oleh lokusi dari penutur. Sedangkan perlokusi yang diungkapkan lawan tutur tidak semalanya berupa jawaban atau komunikasi verbal. Akan tetapi, ada kalanya penggunaan komunikasi nonverbal pun dianggap lebih mewakili maksud lawan tutur terhadap lokusi dari penutur. 
Daftar Pustaka
I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. 
I Dewa Putu Wijana. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. 
Zamzani. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka.