PROPOSAL HASIL PENELITIAN
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEDIA BOTOL KREATIF DAN MEDIA VISUAL DALAM MENGANALISIS CERITA PENDEK
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MADIUN
TAHUN AJARAN 2012/2013
OLEH:
JUMARNI 10311050
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI MADIUN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut hasil survei World Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007 pendidikan Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut: pada tahun 1997 dari 49 negara yang diteliti Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999, dari 47 negara yang disurvei Indonesia berada pada urutan 46. Tahun 2002 dari 49 negara Indonesia berada pada urutan 47 dan pada tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan yang ke 53. Hal ini sangat memprihatinkan dunia pendidikan kita.
Hasil observasi empirik di lapangan juga mengindikasikan bahwa sebagian besar lulusan sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sulit untuk bisa dilatih kembali, dan kurang bisa mengembangkan diri. Hal ini karena di sekolah, siswa sudah terbiasa dengan budaya “dekte” oleh guru, siswa tidak diajarkan bagaimana mengimplementasi teori dalam pemecahan masalah-masalah di masyarakat.
Masih rendahnya daya serap peserta didik. Atau dapat diartikan proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri, melalui penemuan dalam proses berikutnya. Guru yang cenderung aktif berbicara dan siswa duduk sambil mendengarkan tanpa memperhatikan apakah seorang siswa itu benar-benar konsentrasi, bermain handphone, membentuk forum dalam forum (berbicara sendiri ketika guru menerangkan). Setelah pelajaran usai siswa langsung diberi tugas rumah (PR) untuk mengerjakan tugas yang ada dalam modul/Lembar Kerja Siswa. Sehingga tidak ada kesempatan untuk peserta didik menuangkan ide kreatifnya.
Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan oleh dominannya proses pembelajaran konvensional.
Siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Contohnya adalah siswa tidak mampu menulis surat dengan benar ketika berbaur dengan masyarakat padahal di sekolah sudah ada materinya. Siswa hanya mengetahui jenis-jenis surat, bagian-bagian surat, dan lain-lain. Contoh lainnya adalah siswa yang sudah sekolah sampai perguruan tinggi pun justru budaya sopan-santunnya mulai luntur dan salah satu penyebabnya adalah mereka menguasai banyak teori, tapi hanya sebatas pada tingkat hafalan untuk memperoleh IPK tertinggi dan belum sampai pada tingkat pemahaman, kesadaran, kebijakan, kesalehan serta pengetahuan yang luas dalam menyikapi berbagai permasalahan di masyakarat.
Model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa untuk selalu aktif, kreatif, dan berkembang. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif cocok diterapkan dalam pembelajaran menganalisis cerita pendek. Jadi, siswa tidak hanya mampu menguasai teori saja, terampil dalam mengimplementasikan, tetapi juga mampu berfikir aktif, kreatif, dan bijaksana dalam memecahkan masalah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran saat ini (2012) kurang berorientasi pada potensi siswa/kurang mengaktifkan siswa.
2. Masih banyak siswa yang hanya memahami teori saja tetapi tidak mampu mengimplementasikan secara nyata.
3. Penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik minat siswa.
Kemampuan menganalisis cerita pendek siswa masih rendah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa.
2. Kemampuan siswa dalam menganalisis cerita pendek meliputi kemampuan tinggi dan rendah.
3. Model pembelajaran inkuiri dibatasi pada media botol kreatif dan media visual.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013?
2. Bagaimanakah penerapan penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Mengetahui penerapan penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun.
3. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
4. Kegunaan Praktis
Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
Bagi Siswa
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
Menimbulkan minat, motivasi dan memunculkan inspirasi yang cemerlang.
Bagi Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
Memotivasi guru untuk lebih kreatif lagi dalam memilih model pembelajaran dan media yang menarik minat siswa.
Bagi Sekolah
Sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
D. Definisi Operasional
Model pembelajaran inkuiri adalah suatu pedoman untuk pembelajaran di kelas yang memanfaatkan pertanyaan untuk menemukan/menganalisis suatu permasalahan.
Media visual adalah alat fisik yang melibatkan pandangan mata.
Media botol kreatif adalah alat yang tercipta dari botol yang dihias dan didalamnya berisi cerita pendek dan pertanyaan.
Menganalisis cerita pendek adalah kemampuan memahami unsur-unsur baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik cerita pendek tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Kajian Teori
1. Cerita Pendek
a. Hakikat Cerita Pendek
Dick Hartoko dalam Herman J. Waluyo (2002:33) secara singkat menjelaskan,
“Dalam cerita pendek terjadi pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada situasi sehari-hari tetapi posisinya sangat menentukan (artinya menentukan perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, dan keputusan).”
Ian Reid dalam Herman J. Waluyo (2002:33) menyebutkan tiga kualitas yang esensial dari cerita pendek, yakni:
“1) adanya kesan (impresi) yang menyatu dalam diri pembaca; 2) adanya konsentrasi dari krisis (konflik); dan 3) adanya pola (desain) yang harmonis (unity of impresion, concentrating of crisis, dan symmetry of desaign).
Jadi, cerita pendek adalah cerita singkat yang menampilkan satu alur cerita atau langsung habis jika dibaca sekali duduk.”
b. Ciri-ciri Cerita Pendek
Tentang ciri-ciri cerita pendek, Guntur Tarigan dalam Herman J. Waluyo (2002:35) memberikan penjelasan antara lain sebagai berikut:
“1)singkat padu, dan intensif (brevity, unity, dan intensity); 2) memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerak (scene, character, dan action); 3) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incisive, suggestive, dan alert); 4) mengandung impresi pengarang tentang konsepsi kehidupan; 5) menimbulkan efek tunggal dalam pikiran pembaca; 6) mengandung detil dan inseden yang benar-benar terpilih; 7) memiliki pelaku utama yang menonjol dalam cerita; 8) menyajikan kebulatan efek dan kesatuan emosi”.
Jadi dapat disimpulkan ciri-ciri cerita pendek yang utama adalah singkat, padu, terdiri dari unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, serta terdiri dari satu alur cerita
c. Unsur Pembangun Cerita Pendek
Unsur-unsur pembangun Cerita Pendek dapat dibedakan menjadi dua yakni:
1) Unsur Instrinsik
a) Tema
“Tema adalah aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat,”(Robert Stanton, 2007:36). Dapat dikatakan tema adalah dasar untuk membuat suatu cerita pendek. Sehingga alur dalam cerita tersebut dapat padu dan utuh dari awal sampai akhir cerita. Namun, bukan berarti baik-buruknya suatu karya ditentukan oleh temanya melainkan yang lebih menentukan adalah penggarapannya.
b) Tokoh
“Tokoh adalah pembawa dan pelaku cerita, pembuat, pelaku, dan penderita peristiwa-peristiwa yang diceritakan,” (Burhan Nurgiyantoro, 2010:74). Tokoh dibagi menjadi tokoh utama, bawahan, sampingan, dan lain-lain.
c) Plot atau Alur
“Plot adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh,” (Kenny dan Burhan Nurgiantoro, 2010:75). Alur terdiri dari tiga jenis, yakni alur maju, mundur, dan campuran. Alur dalam cerita kebanyakan adalah campuran agar pembaca tidak mudah menebak akhir ceritanya dan tidak membuat jenuh.
Alur meliputi beberapa tahap: 1) Pengantar: bagian cerita berupa lukisan, waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita; 2) Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita; 3) Puncak ketegangan/klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak; 4) Ketegangan menurun/antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang; 5) Penyelesaian/resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
“Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan kenai sesuatu kejadian,” (Burhan Nurgiantoro, 2010:75).
d) Penokohan atau Perwatakan
“Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini,”(Sudjiman,1988:23).
“Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang,” (Sudjiman, 1988:56). Pesan moral dalam suatu karya sastra dapat disampaikan secara tersurat lewat tokoh-tokohnya atau secara tersirat lewat alur cerita dari awal sampai akhir.
e) Sudut Pandang
“Sudut pandang adalah orang yang bertolak dari penceritanya, yaitu tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita atau posisi pencerita membawakan kisahan,” (Sudjiman, 1988:78). Posisi pengarang dapat menjadi orang pertama tunggal, orang kedua, sebagai pengamat, dan orang yang serba tahu.
2) Unsur Ekstrinsik
Adalah latar belakang sosial-budaya pengarang semasa karya itu diciptakan yang terwujud dalam tokoh-tokoh yang dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat, kesenian, dan benda-benda yang terungkap dalam karya sastra. Jadi, simpulannya unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.
2. Model Pembelajaran
a. Hakikat Model Pembelajaran
Menurut Meyer, W.J. dalam Trianto (2011:21), “secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.”
“Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain,” (Joyce dalam Trianto:22).
Nieveen dalam Trianto (2011:24-25), suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
“Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: 1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretis yang kuat; dan 2) apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan 2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektifitas ini, Neveen memberikan parameter sebagai berikut: 1) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan 2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.”
Dengan demikiaan, model pembelajaran adalah hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh pengajar untuk mempermudah di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan, (Trianto, 2011:27).
b. Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Trianto (2011:166), “inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.” Dengan kata lain inkuiri adalah suatu kegiatan menemukan sendiri informasi melalui tahap-tahap kreatif.
Gulo dalam Trianto (2011:166), menyatakan strategi inkuiri berarti “suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.”
Diharapkan pada pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Jadi, dengan kata lain pembelajaran inkuiri tidak hanya dapat membantu siswa cerdas dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sains dan teknologi tetapi juga mampu menghasilkan pengetahuan baru melalui kreativitasnya.
Trianto (2011:166), menyatakan sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah:
“1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; 2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan 3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.”
Jadi, pembelajaran inkuiri tidak hanya mampu mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional.
Untuk menciptakan kondisi seperti ini, peranan guru adalah sebagai berikut:
“1) motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir; 2) fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan; 3) penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat; 4) administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas; 5) pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan; 6) manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas; 7) rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa,” Trianto (2011:166).
Peran guru selain hal diatas yakni guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Jadi, diharapkan kegiatan pembelajaran yang dapat memasifkan siswa yakni guru untuk aktif dalam ceramah, bisa diganti dengan guru aktif mencari materi dari sumber-sumber yang mampu mengaktifkan kreativitas siswa.
Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri
Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran inkuiri:
“1) Merumuskan masalah; 2) mengamati atau melakukan observasi; 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain; 4) mengomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain),” (Masnur Muslich, 2007:45).
Pembelajaran tidak cukup hanya sekedar ceramah diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Jadi, pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.
Kelebihan Model Pembelajaran Inkuiri, yakni:
“1) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik; 2) Membantu menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru; 3) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, objektif, dan terbuka; 4) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri; 5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik; 6) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan; 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu; 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri; 9) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional; 10) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi,” (Jamal Ma’mur Asmani, 2010:160-161).
Keberhasilan model pembelajaran inkuiri sangat ditentukan oleh kerjasama yang baik antara siswa dan guru untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Misalnya, siswa aktif dan selalu memperhatikan apa yang diinstruksikan oleh guru.
3. Media Pembelajaran
a. Hakikat Media Pembelajaran
Media adalah suatu alat yang berfungsi sebagai perantara untuk mempermudah pemahaman tentang suatu objek.
“Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan,” (Arief S. Sadiman, dkk, 2006:6).
Jadi, media pembelajaran adalah alat fisik yang digunakan oleh seorang guru sebagai perantara untuk menyampaikan materi pelajaran dengan memperhatikan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Media Grafis atau media visual adalah saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Berikut adalah beberapa jenis media grafis, yakni sebagai berikut: 1) gambar/foto; 2) sketsa; 3) diagram; 4) bagan/chart; 5) grafik; 6) kartun; 7) poster; 8) peta globe; 9) papan flanel; 10) papan buletin.
Media Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Beberapa jenis media proyeksi diam antara lain film bingkai, film rangkai, overhead proyektor opaque, tachitoscope, microprojection dengan microfilm, (Arief S. Sadiman, 2006:17-18).
c. Media Botol Kreatif
Adalah sebuah media pembelajaran yang memanfaatkan bahan bekas yakni botol untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran. Botol tersebut dibuat semenarik mungkin dengan memanfaatkan lingkungan sebagai dasar dalam pembuatannya.
Botol kreatif tersebut berisi materi yakni cerita pendek dan beberapa pertanyaan untuk dianalisis oleh siswa.
d. Kegunaan Media Pembelajaran
Menurut Arief S. Sadiman (2006:17-18), ada beberapa kegunaan media pembelajaran, yakni sebagai berikut:
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: a) objek terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar; b) objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai; c) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai.
Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: a) menibmbulkan kegairahan belajar; b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
B.Kerangka Berpikir
Cerita pendek adalah cerita singkat yang menampilkan satu alur cerita atau langsung habis jika dibaca sekali duduk. Ciri cerpen yang utama adalah singkat, padu, terdiri dari unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik, serta terdiri dari satu alur cerita. Unsur pembangun cerpen terbagi menjadi dua yakni unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik tersebut yakni tema, tokoh, plot, latar, penokohan, amanat, sudut pandang. Unsur ekstrinsiknya adalah latar belakang sosial budaya pengarang.
Model pembelajaran adalah hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh pengajar untuk mempermudah didalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan. Model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses kegiatan menemukan sendiri informasi melalui tahap-tahap kreatif. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang tidak hanya mampu mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional.
Media pembelajaran adalah alat fisik yang digunakan oleh seorang guru sebagai perantara untuk menyampaikan materi pelajaran dengan memperhatikan tujuan, materi, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media visual adalah saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan, sedangkan media botol kreatif adalah sebuah media pembelajaran yang memanfaatkan bahan bekas yakni botol untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran.
Botol kreatif tersebut berisi materi yakni cerita pendek dan beberapa pertanyaan untuk dianalisis oleh siswa.
Jika menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dalam menganalisis cerita pendek, maka tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak hanya terbatas pada tingkat hafalan saja, tetapi merupakan hasil penemuan sendiri.
C.Hipotesis Penelitian
1. Ha: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dibandingkan dengan menggunakan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.
2. Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dibandingkan dengan menggunakan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksananakan pada kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Madiun. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2012 sampai dengan Januari 2013.
B. Metode Penelitian
Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, (H. Hadari Nawawi, 2005:61). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, yaitu:
“suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan,
“jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apakah yang akan terjadi?” Dalam hubungan ini peneliti memanipulasikan sesuatu stimuli, treatment, atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan secara sengaja dan logis,” (Best dalam Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:52).
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dari judul berikut ini adalah “Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013”.Variabel bebas adalah “sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain, yang pada gilirannya gejala atau faktor atau unsur yang kedua itu,” (H. Hadari Nawawi, 2005:56). Variabel Bebas (X) adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual.
Variabel terikat adalah “sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas,” (H. Hadari Nawawi, 2005:57). Variabel Terikat (Y) adalah menganalisis cerita pendek.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut H. Hadari Nawawi (2005:141), populasi adalah
“keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian”.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.
Menurut H. Hadari Nawawi (2005:144), “sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian”. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara area random sampling, yakni semua siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel tetapi dengan cara pengambilan sampel berkelompok (cluster sampling). Random sampling itu adalah “cara pengambilan sampel secara acak”, (Sugiyono, 2012:91). Cluster Sampling adalah cara pengambilan sampel secara acak, namun yang dilakukan berdasarkan kelompok bukan individu.
Sampel penelitiannya adalah:
Siswa Kelas VII A sebagai kelompok kontrol.
Kelompok kontrol adalah “kelompok obyek penelitian yang tidak dikenai perlakuan (treatment) tertentu, dalam artinya kondisinya tidak dirubah dengan menjaga bahwa variabel kontrolnya sama dengan kelompok kontrol,” (H. Hadari Nawawi, 2005:85).
Siswa Kelas VII G sebagai kelompok eksperimen.
Kelompok eksperimen adalah “kelompok obyek penelitian yang dikenai atau mendapat perlakuan (treatment) tertentu,”( H. Hadari Nawaw, 2005:85).
E. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah “penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis,” (Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:50). Oleh karena itu, benar tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian.
Untuk mendapatkan data tentang variabel-variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini, digunakan alat pengambil data berupa tes. Sudijono dalam Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah (2012:49) mengatakan,
“tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan dengan nilai standar tertentu.”
Tes sebagai instrumen pengumpul data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Tes buatan guru adalah “tes yang dibuat oleh guru-guru kelas itu sendiri,” (Burhan Nurgiyantoro, 2009:60).
Tes terstandar yaitu “tes yang biasanya sudah tersedia di lembaga testing, yang sudah mengalami ujicoba berkali-kali, direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat dikatakan cukup baik,” (Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:50).
Bentuk tes yang dapat digunakan misalnya tes uraian atau essay examination, yaitu suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang, (Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:50).
F. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data/instrumen penelitian adalah
“berupa pedoman observasi, diuji coba terlebih dahulu untuk mengamati perilaku subyek sampel yang komparabel dan prosedur yang terstandar sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang sesungguhnya, (Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, 2012:41).”
Berdasarkan judul berikut ini “Penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013”. Variabel bebas (X) adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah menganalisis cerita pendek. Jadi, teknik pengumpulan datanya adalah tes uraian atau essay examination.
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian, butir soal, dan penilaianya:
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
1.Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri cerita pendek 9 1
2.Siswa mampu menyebutkan dan menemukan unsur instrinsik dalam cerita pendek 1,2,4,5,6,7,8,10 7 3.Siswa mampu menyebutkan dan menemukan unsur ekstrinsik dalam cerita pendek 3 1
Butir-butir Soal
1. Dimanakah posisi pengarang dalam cerita pendek itu? Berikan 3 alasan untuk mendukung pendapatmu! 2.Urutkan dengan garis waktu paling sedikit enam hal yang terjadi pada Aryo setelah membeli ladang dari lelaki tua berpeci!
3. Temukan unsur ekstrinsik dalam cerita pendek itu!
4. Tulislah amanat yang disampaikan penulis kepada pembaca melalui cerita pendek itu!
5. Tuliskan nama tokoh dan gambarkan perwatakan masing-masing tokoh cerita pendek itu!
6. Analisislah cara lelaki tua juling berpeci mempertahankan surau leluhurnya. Evaluasi apakah ia dapat melakukan sesuatu yang lain untuk mempertahankan suraunya!
7. Dengan menggunakan kalimat-kalimat lengkap, gambarkan latar/setting cerita pendek itu!
8. Temukan tema yang menonjol dan gambarkan dengan kalimat-kalimat yang baik adegan yang menarik dalam cerita pendek itu!
9. Sebut dan jelaskan secara singkat ciri-ciri dari cerita pendek?
10. Evaluasi Aryo itu orang yang baik atau tidak. Tulislah dalam sebuah alinea yang baik, gambarkan juga kelemahan dan kekuatannya!
Penilaian
Nomor Butir Soal 1,9 (5)
Nomor Butir Soal 2,10 (15)
Nomor Butir Soal 3,4,5,6,7,8 (10)
Total 100
G. Analisis Data
Sesuai dengan metode penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana teknik pengumpulan datanya menggunakan tes uraian atau atau essay examination, maka data utama yang akan dianalisis adalah data kuantitatif dengan jenis data interval. Menurut Agus Irianto (2008:19), data interval adalah “suatu skala yang mempunyai rentangan konstan antara tingkat satu dengan yang aslinya, tetapi tidak mempunyai angka 0 mutlak”. Untuk itu, peneliti akan menggunakan analisis data statistik dengan menggunakan uji t-tes sampel independent. T-tes atau uji t adalah “teknik yang digunakan untuk menguji perbedaan rerata nilai,” (Suharsimi Arikunto, 2007:392). Sampel independent adalah “eksperimen dengan sampel terpisah,” (Suharsimi Arikunto, 2007:397).
Uji t-tes sampel independent dimaksudkan untuk menganalisis penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dan media visual berdasarkan variabel menganalisis cerita pendek. Data tes uraian atau essay examination dipergunakan untuk membantu menjelaskan hasil penelitian data tes uraian.
Data yang dianalisis untuk menguji hipotesis berikut ini: 1. Ha: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dibandingkan dengan menggunakan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013; 2. Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan media botol kreatif dibandingkan dengan menggunakan media visual dalam menganalisis cerita pendek siswa kelas VII SMP Negeri 2 Madiun tahun ajaran 2012/2013.
Alasan peneliti menggunakan t-tes sampel independent yakni sebagai berikut: 1. eksperimen dengan sampel terpisah yakni kelas eksperimen (VII G) dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri media botol kreatif dan kelas kontrol (VII A) dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri media visual; 2. skala mempunyai rentangan konstan antara tingkat satu dengan yang aslinya, tetapi tidak mempunyai angka 0 mutlak artinya siswa mendapat nilai 0 bukan berarti tidak tahu apa-apa; 3. teknik yang digunakan untuk menguji perbedaan rerata nilai karena eksperimen dilakukan dengan siswa kelas VII tetapi subjeknya beda yakni siswa kelas VII A dan kelas VII G.
Rumus penelitian t-tes sampel independent adalah sebagai berikut:
t = (Xe-Xk)/(√(〖SDe〗^2/(Ne-1))+√(〖SDk〗^2/(Nk-1)))
Dimana:
Xe = Mean data eksperimen, diperoleh melalui rumus: Xe = fxe/N
Xk = Mean data kontrol, diperoleh melalui rumus: Xk = fxk/N
〖SDe〗^2 = Standard Deviasi data eksperimen, diperoleh melalui rumus:
〖SDe〗^2 = 〖fxe〗^2/N - 〖fxe〗^2/N
〖SDk〗^2 = Standard Deviasi data kontrol, diperoleh melalui rumus:
〖SDk〗^2 = 〖fxk〗^2/N- 〖fxk〗^2/N
Ne = jumlah subjek kelas eksperimen
Nk = jumlah subjek kelas kontrol
Interpretasinya yakni dengan menggunakan rumus berikut:
df = (ne+nk) – 2
Dimana:
df = degrees of freedom
ne = jumlah subjek kelas eksperimen
nk = jumlah subjek kelas kontrol
Jika t-tabel dengan taraf kesalahan 5% atau 1% lebih kecil dari t-hitung, maka Ha: diterima dan Ho: ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan antara x dan y.
Jika t-tabel dengan taraf kesalahan 5% atau 1% lebih besar dari t-hitung, maka Ha: ditolak dan Ho: diterima berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara x dan y.
Daftar Pustaka
Agus Irianto. 2008. S
tatistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arief S. Sadiman. 2006.
Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
H.Hadari Nawawi. 2005.
Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Herman J. Waluyo. 2002.
Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widya Sari Press.
Jamal Ma’mur Asmani. 2010.
Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Masnur Muslich. 2007.
KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Robert Stanton. 2007.
Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharsimi Arikunto. 2007.
Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. 2011.
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah. 2012.
Penelitian Kuantitatif (Sebagai Pengantar). Bandung: Alfabeta.
Cerita Pendek dalam
id.wikipedia.org/wiki/Cerita_pendek diakses tanggal 12 November 2012 pukul 19.57 WIB.