SAMAN
Oleh Jumarni
(NPM
10311.050/PBSI/VIB)
Judul : SAMAN
Penulis : Ayu Utami
ISBN : 979 – 9023 – 17 – 3
Penerbit : Jakarta, Kepustakaan Populer
Gramedia
(KPG)
Cetakan : Desember 2003
Tebal : ix, 198 halaman
Saman adalah pemenang Sayembara Roman
Dewan Kesenian Jakarta 1998. Ayu Utami adalah pengarang dari novel ini. Ia
lahir di Bogor, 21 November 1968, besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di
Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Ayu Utami mendapat Prince Claus Award
pada tahun 2000.
Novel ini sangat istimewa karena
pembicaraan tentang seks, agama, cinta, kultural, politik digambarkan secara
gamblang sesuai dengan kondisi masyarakat pada zamannya. Selain itu,
mengungkapkan batasan moralitas yang semu. Misalnya, mensunnahkan
perselingkuhan, menganggap tugas hanya sebuah tameng di muka umum tanpa
memikirkan pertanggungjawaban tugas itu kepada Tuhan YME. Cinta hanya dipandang
dari arti yang sangat sempit, yakni cinta kepada lawan jenis.
SINOPSIS
NOVEL
Salah satu taman di Central Park adalah
saksi bisu penantian Laila yang sekian lama menunggu Sihar setelah 22 April
tahun lalu atau 402 hari. Kerinduannya pada Sihar hingga tercipta beberapa sajak.
Kuingin mulut yang haus/ dari lelaki yang
kehilangan masa remajanya/ di antara pasir-pasir tempat ia menyisir arus. Sebelumnya
Laila dan Sihar berada di sebuah kamar hotel dan esoknya Sihar menghilang entah
kemana.
Laut Cina Selatan adalah tempat awal
pertemuan Sihar dengan Laila. Saat itu Laila adalah rekan bisnis dari Rosano
dan Sihar merupakan insinyur analis kandungan minyak atau lebih tepatnya adalah
pegawai dari Rosano. Sihar begitu menawan sehingga mampu membuat Laila
tergila-gila. Hal ini juga tampak ketika Laila membantu membersihkan lukanya.
Kecerobohan Rosano mengambil keputusan yang mengakibatkan ketiga temannya tewas.
Sihar sangat kecewa sehingga ia memukuli bangku mika di bandara yang kecil dengan
tangannya.
Percakapan keduanya menimbulkan hasrat
untuk mengajukan kasus ini ke pengadilan. Awalnya Sihar ragu karena Rosano
bukan orang sembarangan. Ia bisa saja membungkam keluarga Hasyim dan polisi
dengan uangnya. Namun, Laila berhasil menaklukan argumennya dengan mengusulkan Saman
dan Yasmin selaku LSM untuk mendukung keluarga korban jika terjadi tekanan. Sehingga
keduanya langsung ke Palembang untuk menemui keduanya. Sampai di sana ia,
Sihar, Saman, dan Yasmin sering bertemu untuk membicarakan hal-hal yang
menyangkut persidangan. Bulan-bulan berikutnya Saman dan Yasmin berhasil
membongkar persoalan ini ke media massa. Dengan berbagai cara mereka lakukan
akhirnya mereka mampu memenjarakan Rosano.
Wisanggeni adalah nama asli Saman.
Sebenarnya Wisanggeni lahir di Yogyakarta, tetapi saat usianya 4 tahun,
bapaknya dipindah ke Perabumulih (Sumatera Selatan). Belakang rumah Wis menurut
orang tuanaya dan warga sekitar adalah tempat angker yang dihuni berbagai hantu
dan ular besar sehingga ia dilarang keras untuk menjamahnya.Ia selalu menuruti
perintah ayahnya tersebut. Kematian kedua adiknya yang hilang misterius dan
yang satunya mati pada hari ketiga membuatnya bertanya-tanya apakah ada
kaitannya dengan hutan dibelakang rumah.Tapi, ia hanya bisa menangis dipelukan
ayahnya ketika ia merasakan sesuatu.
Lulus dari Institut Pertanian Bogor
ia memutuskan untuk menjadi pastor. Kemudian ia meminta izin Romo Daru untuk
ditugaskan di Perabumulih selain karena dia lulusan institut pertanian jadi
banyak yang dikerjakan di perkebunan. Ia juga ingin
memecahkan misteri hutan di belakang rumahnya. Permohonannya dikabulkan. Setibanya di sana ia
singgah dibekas rumahnya dulu. Ia menyampaikan maksud tujuannya kepada pemilik
rumah baru itu. Kesantunannya membuat pemilik rumah bersedia membantunya jika
ia memerlukan bantuannya. Namun, setelah kembali
ke pastoran untuk istirahat ia merasa ada yang memanggilnya dari belakang. Ia
berdoa dan berusaha mendekati suara itu.Seoragn gadis belasan tahunlah yang ia
lihat. Dengan kejadian itu membawa Wis masuk ke dalam suatu perkampungan di
tengah perkebunan kelapa sawit yang membuatnya merasa iba dan prihatin. Wis merasa raga dan pikirannya sangat dibutuhkan
untuk membantu mereka. Ia lebih sering berada di sana daripada di pastoran
Teguran dari pater lain karena ia sering
meninggalkan pastoran tak membuat semangat Wis untuk menyelamatkan Upi dan
warga desa dari permasalahan menurun. Ia justru mengirim surat kepada ayahnya
untuk meminta modal agar ia bisa membangun fasilitas yang meringankan warga
Lubukrantau misalnya membuatkan jaringan listrik dan alat pengolahan getah
lateks. Namun, hambatan Wis tidak hanya masalah modal tetapi yang lebih kronis
lagi yakni ancaman dari pihak pabrik kelapa sawit yang ingin menguasai tanah
warga dengan mencari keuntungan pribadi dan mengabaikan kesejahteraan warga. Berbagai
bentuk teror dilakukan pihak pabrik untuk mengikis ketegaran warga desa
termasuk Wis. Misalnya, pemerkosaan, pembakaran rumah-rumah warga dan lain-lain.
Disaat Wis mulai ragu dengan tindakannya, Anson justru semakin semangat untuk
membakar pabrik dan pos-pos polisi pabrik kelapa sawit setelah istrinya
diperkosa salah satu satpam pabrik. Saat Anson pergi meninggalkan rumah asap
beserta warga lain. Wis tiba-tiba didatangi 5 lelaki berperawakan polisi. Wis
diborgol dan dimasukkan ke dalam mobil setelah itu disekap dan dianiaya
selayaknya teroris. Empat belas sudah ia disiksa rasanya ia ingin mati saja
tapi tiba-tiba tercium gas karbondioksida. Anson datang menyelamatkannya dan ia
juga tidak tahu kalau Wis berada dalam ruangan di pabrik kelapa sawit itu.
Setelah kejadian itu status mereka kini buron. Wis akhirnya mengganti namanya
menjadi Saman. Saman dibantu sahabat-sahabatnya yakni Tala, Cok, Laila, dan Yasmin pergi dari Indonesia. Romantisme
cinta Yasmin dan Saman begitu indah ketika saat-saat kepergiannya kepengasingan
padahal Yasmin sudah bersuami dan Saman adalah seorang pastor.
****
Dengan membaca sekaligus memahami novel
Saman secara utuh yang mana novel ini mengarah pada free seks. Cinta atau melakukan hubungan seks kepada seseorang
yang haram untuk dicintai (sudah beristri atau bersuami). Melakukan hubungan
seks sebelum menikah. Seorang pastor yang suci melakukan hubungan seks dengan
wanita yang sudah bersuami. Selain itu, novel ini sangat diperuntukkan bagi
pembaca yang dewasa. Baik dari dimensi politik, antropologi sosial, terutama
agama dan lain-lain.